Ramadhan...

Sejak tahun 2013, Ramadhan selalu memiliki catatan khusus buat saya. Tahun 2013 adalah Ramadhan pertama saya bersama orang tua di rumah setelah menyelesaikan studi doktoral saya di Flinders University, South Australia.

Tepat tanggal 28 Februari 2013, saya pulang ke tanah air. Ada kebahagiaan tersendiri bisa memasukkan disertasi dan menyelesaikan studi tepat 3 tahun. Alhamdulillaah, terbayar, meskipun beberapa teman sempat "protes" karena akhirnya terbukti bahwa studi doktor pun bisa diselesaikan tepat waktu 😊

Pulang ke rumah selalu memberi kebahagiaan tersendiri. Terutama, karena bisa kembali berkumpul dengan orang tua tercinta. Pada waktu itu, bapak dan ibu masih dalam kondisi sehat. Bapak sudah harus rutin minum obat karena sudah sekitar 2 tahunan terkena parkinson. Karena pulang ke Indonesia ketika semester sudah berjalan, maka saya belum diberikan tugas mengajar, dan hanya diminta untuk membantu aktivitas akademik lainnya di kampus. Tiga tahun intens belajar membuat saya juga lelah dan butuh waktu untuk kembali melakukan aktivitas membaca, menulis dan mengajar. Rasanya perlu sejenak menjauh dari hal-hal yang berbau akademik, terutama membaca buku teks, dan artikel ilmiah, Jenuh, eneg, dan rasanya semua menjadi tidak menarik.

Ramadhan pun tiba. Seperti biasa, bapak selalu ingin ikut puasa. Padahal dokter merekomendasikan untuk tidak berpuasa terlebih dulu, untuk memastikan asupan cairan ke tubuh bapak bisa terpenuhi. Saya sudah tidak ingat, pada hari keberapa puasa kondisi bapak tiba-tiba drop, sampai akhirna harus dibawa masuk ke Rumah Sakit. Selama 2 minggu, bapak dirawat di ICU, karena dehidrasi akut. Dokter yang menanangani bapak sampai memarahi kami, karena bapak kami biarkan untuk ikut berpuasa.

Setelah 2 minggu di ICU, akhirnya bapak diizinkan untuk pindah ke kamar perawatan biasa, dan beberapa hari kemudian diizinkan pulang. Ada satu pertanyaan kami yang tidak bisa dijawab oleh dokter, apakah bapak bisa berjalan kembali seperti biasa atau harus selalu menggunakan kursi roda. Dua minggu terbarin membuat bapak belum bisa berjalan dan beraktivitas seperti biasa. Namun pada saat itu, di lubuk hati saya, saya yakin, insyaa Allah bapak bisa berjalan kembali, karena bapak tidak terkena stroke, tapi hanya perlu latihan kembali.

Hari-hari pertama di rumah, aktivitas bapak lebih banyak di tempat tidur. Sampai akhirnya beberapa hari menjelang lebaran, bapak minta duduk dan berlatih berjalan. Dengan bantuan kakak saya, setiap pagi bapak latihan jalan, dipapah, dan dipegang. Alhamdulillaah, sebelum lebaran, bapak akhirnya bisa berjalan kembali, dan bisa merayakan hari Raya Idul Fitri dengan tidak hanya duduk di kursi roda saja. Sebuah keberkahan yang luar biasa buat kami sekeluarga. Sejak itu, setiap kali memasuki bulan Ramadhan, pengalaman ini pasti teringat.

Tahun ini adalah Ramadhan pertama kami tanpa bapak ibu. Pada bulan April 2019, bapak sudah kembali ke Sang Pemilik, menyusul ibu pada bulan November 2020. Ramadhan di rumah kami terasa berbeda. Doa-doa terbaik senantias terkirim buat keduanya, semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kedua orang tua kami, melapangkan kuburnya, dan menerima amal ibadahnya, aamiin yaa Rabbal 'aalamiin.

Makassar, Hotel The Rinra

Comments

  1. Tulisan ini saaangat "mengguncang" hati dan Inspirasi bagi pembaca, minimal dapat menjadikan kita lebih bersemangat untuk senantiasa lebih berbakti kepada orangtua.

    ReplyDelete

Post a Comment


Popular posts from this blog

Uji Kompetensi Guru

Ketika Bunda Belajar Mengaji

Bu, Bisa Pinjam Hand Phone-nya?