Posts

Mukena Peninggalan Ibu

Ramadhan hari ke 23. Sejak awal bulan Ramadhan, selalu ingin menuliskan mengenai mukena ini. Sebelum memasuki bulan Ramadhan, beberapa mukena sudah saya siapkan. Persiapan yang saya maksud, mulai dari mencuci, menyetrika, dan mengatur agar siap untuk dipakai. Maklum, saya ada alergi serbuk, jadi kalau pakaian dari lemari, terutama yang cukup lama tersimpan, biasanya saya cuci dulu untuk menghindari serbuk atau debu yang melenget, agar alergi tidak kambuh. Kembali ke mukena. Rahimahallaah ibu saya, termasuk yang paling suka membeli mukena. Mukena ibu bagus-bagus, dan senantiasa dipakai bergantian jika shalat. Khusus hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, ibu akan memakai mukena yang menurutnya terbaik. Saya sama adik saya, kadang-kadang heran, dan sedikit protes, ngapain membeli mukena dan bertumpuk di lemari. Tapi melihat ibu selalu menggunakannya secara bergantian, rasanya menyenangkan selalu melihat ibu kelihatan cantik ketika menggunakan mukena-mukena tersebut. Anehnya, saya pun ketula

Good Friends Don't Just Text, They Call ...

Image
Jadi teringat dengan salah satu sahabat saya. Jarak kami terpisah lumayan lah, antar benua. Tapi yang namanya kontak, komunikasi, saling berbagi cerita, kebahagiaan, kesedihan, termasuk kebaperan, masih terus berjalan. Tidak perlu ada prasangka ketika satu sama lain tidak saling menyapa untuk waktu yang cukup lama, karena pertemanan kami yang dibangun atas dasar kepercayaan. Sesekali saling menyindir jika sudah terlalu sibuk,  but we know it is a sign that we are missing each other . Sebagai sahabat, kami hanya menyentuh hal-hal yang sifartnya personal jika diminta atau jika diizinkan.  At some points , jika hal tersebut sangat personal dan merasa perlu untuk diklarifikasi, sangat boleh, dan selalu mengawalinya dengan " May I ... ", (Bolehkah saya....) Setiap kali berkunjung ke makassar, pasti kami akan saling meluangkan waktu, for hours , untuk sekedar berbagi cerita. Sederhana, komunikasi itu penting, berbagi itu berharga, karena komunikasi bukan seperti Q&A , Anda bert

Oman, Di Mana itu? Negeri nun Jauh di Sana

Image
September 2019, menjadi salah satu perjalanan terjauh yang pernah saya lakukan bersama sahabat saya, Farida Aryani, untuk sebuah urusan serius 😃, menghadiri International Conference, di Oman, yang diselenggarakan oleh The International Society for the Prevention of Child Abuse and Neglect (ISPCAN). Perjalanan ini diawali dengan adanya penawaran dari UNICEF, setelah sejak tahun 2014 kami menjadi mitra terkait perlindungan anak di sekolah dan masyarakat. Ketika ditawari, tanpa pikir panjang, langsung mengiyakan, tanpa tahu dimana Oman 😀. Setelah mengiyakan, baru cek peta, dan mulai mencari penerbangan yang paling memungkinkan. Jujur, sempat deg-degan, bakalan mengunjungi salah satu negara Arab, dan akan menjadi pengalaman pertama buat kami berdua. Setelah mengecek beberapa penerbangan ke Oman, akhirnya kami memutuskan untuk terbang bersama Qatar Airlines, dengan route Jakarta - Doha - Oman. Untuk visa kami tidak ada kendala karena diuruskan langsung oleh panitia. Yang bikin sesak adala

#Table10 - Meja Nomor 10

Image
  #Table10. Meja yang selalu menjadi tempat kami berkumpul. Awalnya sebagai tempat beristirahat, tempat rehat, tempat mencari suasana baru, atau mungkin tempat menepi, melarikan diri dari suasana kampus ketika aktitivitas sudah terasa begitu padat dan tidak lagi kondusif. Mungkin karena seringnya kami berkumpul di sini, meja ini sering dengan sengaja dikosongkan oleh para pegawai di sana untuk memastikan agar kami bisa duduk di tempat yang sama ketika datang.  Tidak pernah menyangka bahwa meja ini akhirnya menjadi salah satu tempat yang sangat produktif bagi kami. Ide-ide baru dan kreatif banyak muncul di sini. Kenapa? karena berkumpul dengan orang-orang dengan frekuensi yang relatif sama, dan berada dalam posisi setara. Kesetaraan dan frekuensi yang sama ini lah yang akhirnya menjadi pemicu untuk dialog-dialog yang menarik, menantang, sekaligus menghibur. Menghibur karena bisa saling menertawakan tanpa menjatuhkan, bisa saling memberi masukan meskipun kadang kesannya konyol, tidak jar

Ramadhan...

Sejak tahun 2013, Ramadhan selalu memiliki catatan khusus buat saya. Tahun 2013 adalah Ramadhan pertama saya bersama orang tua di rumah setelah menyelesaikan studi doktoral saya di Flinders University, South Australia. Tepat tanggal 28 Februari 2013, saya pulang ke tanah air. Ada kebahagiaan tersendiri bisa memasukkan disertasi dan menyelesaikan studi tepat 3 tahun. Alhamdulillaah, terbayar, meskipun beberapa teman sempat "protes" karena akhirnya terbukti bahwa studi doktor pun bisa diselesaikan tepat waktu 😊 Pulang ke rumah selalu memberi kebahagiaan tersendiri. Terutama, karena bisa kembali berkumpul dengan orang tua tercinta. Pada waktu itu, bapak dan ibu masih dalam kondisi sehat. Bapak sudah harus rutin minum obat karena sudah sekitar 2 tahunan terkena parkinson. Karena pulang ke Indonesia ketika semester sudah berjalan, maka saya belum diberikan tugas mengajar, dan hanya diminta untuk membantu aktivitas akademik lainnya di kampus. Tiga tahun intens belajar membuat saya

I am Back!

Setelah sekian lama, akhirnya blog ini bisa diakses kembali. Mulai aktif menulis di sini sejak tahun 2003 kalau tidak salah, setelah itu blog ini seperti tidak bisa diakses, lupa password, dan saya sedikit lengah dengan yang namanya menulis. Hari ini, iseng-iseng membukanya kembali. Ketika mengetahui bahwa blog ini bisa diakses kembali, saya malah sempat bingung harus menulis apa. Sebelumnya, saya sudah pernah berkonsultasi dengan seorang kawan untuk membeli domain, namun rasanya sayang tulisan-tulisan saya sebelumnya bisa tidak terbaca jika menggunakan domain baru, meskipun ada cara untuk bisa menariknya. Semoga, dengan kembali bisa mengakses blog ini, catatan-catatan saya akan kembali terekam dan kebiasaan menulis bisa dibangun kembali. Makassar, 16 Juli, 2020

Mengapa menghadiri Conference? - Bagian 1

Sebelum mengambil studi S3, saya tidak begitu mengerti dan tertarik untuk menghadiri acara seperti seminar, konferensi, dan sejenisnya. Kalau pun hadir, tujuannya yaaah untuk dapat KUM. Alhamdulillah, tahun 2013 saya mendapat peluang untuk melanjutkan studi di Flinders University. Salah satu kegiatan 'academic sharing' yang secara reguler dilakukan adalah 'Thursday Morning Seminar'. Pembicaranya bervariasi, mulai dari Dekan, Kaprodi, atau Dosen, baik dari dalam maupun luar universitas yang bisa berbagi, terutama yang terkait dengan penelitian, baik itu hasil riset maupun metodologi, Acaranya singkat, paling lama 1.5 jam, 30 menit presentasi, 30 menit diskusi, sisanya buat sosialisasi. Tapi karena dilakukan secara teratur, saya belajar banyak dari kegiatan ini, terutama belajar menghargai riset-riset dengan paradigma yang berbeda dengan yang saya pahami. Kegiatan lain yang biasa saya ikut adalah diskusi Reboan yang dikelola oleh teman-teman mahasiswa dari Indonesia.