Mukena Peninggalan Ibu

Ramadhan hari ke 23. Sejak awal bulan Ramadhan, selalu ingin menuliskan mengenai mukena ini. Sebelum memasuki bulan Ramadhan, beberapa mukena sudah saya siapkan. Persiapan yang saya maksud, mulai dari mencuci, menyetrika, dan mengatur agar siap untuk dipakai. Maklum, saya ada alergi serbuk, jadi kalau pakaian dari lemari, terutama yang cukup lama tersimpan, biasanya saya cuci dulu untuk menghindari serbuk atau debu yang melenget, agar alergi tidak kambuh.

Kembali ke mukena. Rahimahallaah ibu saya, termasuk yang paling suka membeli mukena. Mukena ibu bagus-bagus, dan senantiasa dipakai bergantian jika shalat. Khusus hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, ibu akan memakai mukena yang menurutnya terbaik. Saya sama adik saya, kadang-kadang heran, dan sedikit protes, ngapain membeli mukena dan bertumpuk di lemari. Tapi melihat ibu selalu menggunakannya secara bergantian, rasanya menyenangkan selalu melihat ibu kelihatan cantik ketika menggunakan mukena-mukena tersebut. Anehnya, saya pun ketularan, jadi selalu tertarik untuk mencari mukena-mukena yang cantik dan nyaman dipakai shalat. Kalau sedang tugas luar kota, diajak ke pasar, biasanya saya menyempatkan mampir di toko mukena, dan membeli satu atau dua mukena. Salah satu kolega saya sampai bilang, aneh, karena dia malah dak pernah kepikiran buat nyari-nyari mukena pada saat sedang jalan-jalan.

Ketika ibu meninggal, sebelum jenazah di bawa ke masjid, ibu dishalatkan dulu di rumah. Akhirnya terjawab, kami memerlukan beberapa mukena karena beberapa pelayat memang ingin menshalatkan ibu di rumah, karena tidak bisa ikut ke masjid. Mukena ibu kami keluarkan dari tempatnya, dan dipakai oleh pelayat yang datang untuk shalat jenazah di rumah. Alhamdulillaah. Mukena-mukena tersebut juga digunakan oleh anggota keluarga kami yang masih menginap di rumah selama beberapa setelah ibu meninggal. Ada kebahagiaan tersendiri, insyaa Allah menjadi amal jariyah buat ibu.

Saya belajar, di rumah, perlu tersedia beberapa mukena, sajadah dan Al Qur'an dalam jumlah yang berlebih. Kenapa? Agar ketika ada tamu dan keluarga yang mampir ke rumah, dan kebetulan tidak membawa alat shalat, dan ingin beribadah, sebagai tuan rumah kita tidak perlu lagi repot mencari, karena memang sudah "dipersiapkan". Sampai hari ini, mukena-mukena peninggalan ibu masih sering kami gunakan, terutama jika ada tamu atau keluarga yang datang menginap di rumah. Semoga menjadi amalan yang tidak terputus buat ibu kami. 

Yuk, beli mukena yang cantik, bukan untuk dikoleksi, tapi untuk dipakai, bergantian, dan juga supaya bisa digunakan oleh orang lain. 

Makassar, Ramadahan #23








Comments

Popular posts from this blog

Uji Kompetensi Guru

Ketika Bunda Belajar Mengaji

Bu, Bisa Pinjam Hand Phone-nya?