I love the uniqueness of Indonesia
Jam sekarang menunjukkan pukul 2.58 pm, siang hari, waktu Adelaide. Seperti biasa, sambil mengerjakan riset saya, halaman facebook saya tetap terbuka, meskipun saya selalu tampil 'invisible' untuk menghindari chatting, hehehe. Bukan tidak mau, cuman lagi berusaha untuk fokus supaya studi saya bisa sejalan dengan rencana waktu yang sudah dibuat. Sekali-sekali membuka halaman facebook, dan muncul posting seorang kawan mengenai peresmian perwakilan kampus kami di Jakarta yang ditandai dengan acara potong tumpeng. Foto potong tumpeng ini lah yang mengingatkan saya terhadap salah satu ide tulisan yang belum pernah rampung. So, terima kasih Pak atas postingannya.
Dua tahun sudah studi di Australia, terkadang merasakan betapa negeri ini sangat 'efektif' dan 'efisien'. Dalam acara-acara resmi, sangat jarang yang namanya kata sambutan panjang lebar, apalagi pake acara sambutan dalam bentuk tarian atau acara potong tumpeng. Rasanya sangat sederhana, tidak buang-buang waktu, dan segala sesuatu dilakukan sesuai kebutuhan saja. Dalam acara pertemuan pun, kadang pakai gelas dan piring plastik, sehingga sekali pakai harus langsung dibuang. Makan siang, jangan cari nasi padang, yang ada sandwich, yang bagi sebagian besar orang Indonesia, itu mah bukan makan siang, tapi cemilan. Rasanya sangat sederhana, efektif dan efisien, dan tidak merepotkan.
Pernah sekali saya pulang ke Makassar, dan menghadiri sebuah acara resmi di kampus. Karena yang datang Gubernur, maka disambut dengan gendang, musik, saya tidak tau apa bahasa daerahnya, tapi sangat ramai. Tapi saya sempat merasa 'berisik' amat sih. Toh yang datang cuma Gubernur, biasa aja kaleee. Kemudian saya juga memperhatikan hidangan yang biasanya ditutup dengan bosara dengan segala pernak perniknya. Sempat kepikiran, ribet amat ya.
Kemudian hari ini saya melihat acara potong tumpeng sebagai salah satu simbol peresmian. Dan saya teringat kembali dengan beberapa postingan teman-teman yang lain mengenai acara seminar di Indonesia yang selalu repot dengan konsumsi. Harus ada coffee break, pagi dan sore, dan makan siang, kalau acaranya seharian.
Seiring waktu saya belajar... Betapa semua itu adalah keindahan Indonesia yang bisa saja hilang dengan alasan efisien dan tidak repot. Adalah budaya kita untuk menghargai tamu dan pimpinan dengan memberikan sambutan seperti Gubernur yang disambut dengan sangat ramai. Memotong tumpeng mungkin keliatan sepele, tapi itulah bagian dari budaya Indonesia yang saya kira tidak perlu diganti dengan gunting pita. Ada unsur kesyukuran dan kebersamaan disitu. Menyediakan makan siang di acara-acara seminar adalah juga bagian dari cara kita menghargai tamu. Melihatnya dari perspektif berbeda, membuat saya berpkir, banyak hal yang kita miliki di Indonesia yang perlu dijaga, dihargai dan dimaknai... I love the uniqueness of Indonesia
Dua tahun sudah studi di Australia, terkadang merasakan betapa negeri ini sangat 'efektif' dan 'efisien'. Dalam acara-acara resmi, sangat jarang yang namanya kata sambutan panjang lebar, apalagi pake acara sambutan dalam bentuk tarian atau acara potong tumpeng. Rasanya sangat sederhana, tidak buang-buang waktu, dan segala sesuatu dilakukan sesuai kebutuhan saja. Dalam acara pertemuan pun, kadang pakai gelas dan piring plastik, sehingga sekali pakai harus langsung dibuang. Makan siang, jangan cari nasi padang, yang ada sandwich, yang bagi sebagian besar orang Indonesia, itu mah bukan makan siang, tapi cemilan. Rasanya sangat sederhana, efektif dan efisien, dan tidak merepotkan.
Pernah sekali saya pulang ke Makassar, dan menghadiri sebuah acara resmi di kampus. Karena yang datang Gubernur, maka disambut dengan gendang, musik, saya tidak tau apa bahasa daerahnya, tapi sangat ramai. Tapi saya sempat merasa 'berisik' amat sih. Toh yang datang cuma Gubernur, biasa aja kaleee. Kemudian saya juga memperhatikan hidangan yang biasanya ditutup dengan bosara dengan segala pernak perniknya. Sempat kepikiran, ribet amat ya.
Kemudian hari ini saya melihat acara potong tumpeng sebagai salah satu simbol peresmian. Dan saya teringat kembali dengan beberapa postingan teman-teman yang lain mengenai acara seminar di Indonesia yang selalu repot dengan konsumsi. Harus ada coffee break, pagi dan sore, dan makan siang, kalau acaranya seharian.
Seiring waktu saya belajar... Betapa semua itu adalah keindahan Indonesia yang bisa saja hilang dengan alasan efisien dan tidak repot. Adalah budaya kita untuk menghargai tamu dan pimpinan dengan memberikan sambutan seperti Gubernur yang disambut dengan sangat ramai. Memotong tumpeng mungkin keliatan sepele, tapi itulah bagian dari budaya Indonesia yang saya kira tidak perlu diganti dengan gunting pita. Ada unsur kesyukuran dan kebersamaan disitu. Menyediakan makan siang di acara-acara seminar adalah juga bagian dari cara kita menghargai tamu. Melihatnya dari perspektif berbeda, membuat saya berpkir, banyak hal yang kita miliki di Indonesia yang perlu dijaga, dihargai dan dimaknai... I love the uniqueness of Indonesia
Yup, Indonesia is Indonesia. It is not Australia, not Japan, not Africa, not Saudi Arabia.
ReplyDeleteBolehlah aku terbang tinggi,namun kerupuk tetap di hati, karena dialah teman sejati nasi...
Wah kirain endingnya mau makin menyorot ketidakefisienan itu Ida :D
ReplyDeleteNice ...
Oya, gandrang bulo, mungkin maksudnya ya Bu yang berisik itu?
Hmmm, kayaknya bukan gandarang bulo deh. Atau versi lainnya kali ya? :D.
ReplyDelete