"Care Giver" dalam Keluarga
Tiba-tiba teringat dengan draft tulisan ini yang belum pernah terselesaikan dengan baik. Tulisan ini merupakan refleksi dari pengalaman saya sebagai care giver, menjaga dan menemani bapak saya selama hampir 6 tahun, dan juga ibu saya, setelah kepergian bapak, dan terutama 3 bulan sebelum ibu saya juga kembali kepada Sang Pencipta.
Di dalam keluarga biasanya selalu ada orang yang diharapkan bisa untuk menemani ketika terdapat salah satu anggota keluarga yang membutuhkan perawatan atau penjagaan, yang biasa kita kenal dengan istilah "care giver". Care giver ini bisa dari anggota keluarga terdekat, keluarga terjauh, atau ada yang mengambil caregiver profesional. Saya sepertinya hanya akan lebih bercerita tentang care giver dari anggota keluarga terdekat, berdasarkan pengalaman saya, sehingga kemungkinan terdapat cerita yang terkesan subjektif.
Perjalanan saya menjadi care giver dimulai tahun 2013 ketika saya baru saja menyelesaikan studi S3 saya. Bapak saya sakit, dan harus dirawat di RS selama hampir 2 minggu. Dan setelah itu, perjalanan kami sekeluarga menemani bapak dan ibu menjadi sebuah perjalan yang memberikan kesan yang sangat mendalam, terutama buat saya yang memang tinggal bersama orang tua.
Sejak bapak sakit dan membutuhkan pendampingan khusus, sebagai anak yang tinggal bersama orang tua, saya perlahan membatasi aktivitas saya di luar rumah. Ketika harus keluar rumah, saya perlu memastikan ada orang yang bisa menemani kedua orang tua kami. HP saya juga rasanya harus selalu stand by, karena khawatir tiba-tiba ada kebutuhan mendesak dari rumah. Hal yang sama juga saya lakukan ketika bapak sudah meninggal, menemani ibu saya di rumah dan memastikan beliau mendapatkan dukungan yang bisa kami berikan agar ibu bisa tetap bisa beraktivitas. Alhamdulillaah, ketika keduanya akhirnya berpulang, insyaa Allah bisa ihlas dan menerima dengan baik.
Saya cukup beruntung, di akhir pekan, saudara-saudara saya yang lain selalu datang, dan secara bergantian mengurus kedua orang tua kami dan memberikan saya ruang untuk "rehat" sejenak. Selain itu, saya juga memperoleh dukungan dari om dan tante, saudara-saudara dari bapak dan ibu. Saya akui pernah berada dalam situasi dimana hanya bisa menangis, karena mengalami kelelahan, sedih melihat kondisi orang tua, dan kadang merasa tidak berdaya.
Untuk kamu yang berada dalam posisi seperti saya, jika lelah, beristirahatlah sejenak. Jangan malu untuk minta tolong. Carilah ruang, tempat dan waktu untuk kembali mengumpulkan energi. Untuk anggota keluarga lain yang tidak secara langsung mengambil peran sebagai care giver, luangkan waktu untuk sekedar bertanya dan menawarkan pergantian peran untuk sesekali bergantian menjalankan peran tersebut. Percayalah, setiap orang ingin sehat, baik secara fisik dan mental, butuh dukungan, minimal pengertian.
Makassar, 30 Juli 2024
Fire Flies, Hertasning
Comments
Post a Comment